Annyeonghaseyo" (안녕하세요) Seoul, Korea Selatan!

Beban pikiran saat mau ke negara-negara yang memerlukan visa untuk masuk (bagi paspor Indonesia) adalah, ya proses bikin visa itu sendiri. Kapan ya Indonesia nambah terus negara bebas tujuan bebas visanya, sekarang saja baru ada 76 negara bebas visa buat paspor Indonesia, jangan bandingkan dengan Singapore deh, bandingin sama Malaysia yang bisa ke 181 negara bebas visa.

Bahkan untuk negara-negara tidak bebas visa seperti ke Australia atau New Zealand, proses pengajuan visa kunjungan paspor Malaysia berbeda dengan kita. Singkatnya, warga Malaysia menikmati kemudahan akses visa ke Australia melalui sistem eVisitor atau ETA, sementara warga Indonesia umumnya perlu mengajukan visa kunjungan subkelas 600 dengan persyaratan dan proses yang lebih ketat. Ngiri bilang bos!

Kebetulan saya beberapa kali membuat visa secara mandiri, pertama kali untuk proses visa adalah Cina, lalu Australia, Rusia, Jepang dan terakhir Korea Selatan. Dari semua itu hanya visa Australia saya yang di tolak, sedangkan untuk visa Rusia yang sudah 99% approved, di cancel karena pandemi Covid mulai merebak di seluruh dunia, termasuk flight kami menggunakan Thai Airways tujuan JKT-Moscow-JKT di cancel oleh maskapai.

Anyway, untuk perjalanan ke Korea Selatan, Alhamdulillah visa kami di approve oleh kedutaan. Flight malam hari dari Jakarta, kami transit di Singapore selama 2 jam saja, menyempatkan ngopi-ngopi Santai di area bandara Changi yang super nyaman untuk traveler. Kami nyobain LUCKIN Coffee yang lagi hits karena bisa mengalahkan starbucks sebagai jaringan gerai kopi terbesar di China.

Mendarat di Incheon pada pagi hari sekitar jam 10, sesaat keluar imigrasi, kami nemu booth KOREA TOURIST CENTER yang sedang ada program Visit Korean Heritage Campaign. Kita bisa koleksi stamp di berbagai Lokasi wisata heritage di Korea ini. Kita bisa mendaftar secara gratis di sini untuk mendapatkan Stamp book eksklusif yang berbentuk seperti paspor. Di booth ini juga, kita bisa mendapatkan langsung 3 stamp dan stiker keren jika mencoba minimal 3 activity yang ada di situ, seperti online games, menonton video promo dll.

Oh iya, di airport Incheon terminal 1 ada beberapa prayer room alias mushala loh, saya pakai yang lokasinya dekat awal gate 29, persis dekat Information Center, jadi patokannya adalah signage Transfer Desk dan Rest & Relax, di bagian bawahnya ada signage salah satunya seperti icon orang sedang berdoa.

Tinggal naik satu lantai ke atas, bisa pakai lift atau escalator, melewati tanda Sky Hub lounge. Di area ini saya lihat juga banyak yang istirahat di kursi-kursi tunggu. Terus jalan ke arah dalam, akan kelihatan bangunan kotak bertuliskan 'Prayer Room' dan ada area wudhu juga di situ jadi gak usah khawatir kalau misal mau mandi dulu. Area shalat ini seperti mushala kecil yang pastinya bersih dan sangat proper buat shalat lengkap dengan sajadah. Ternyata ada area wudhu juga di dalamnya, karena saya nggak lihat, jadi sebelumnya saya ambil wudhunya di toilet dekat situ.

Lokasi mushala ada di atas signage Rest & relax ini

Setelah keluar imigrasi, awalnya kami sempat bingung apakah akan memakai Bus atau kereta untuk menuju pusat kota. Namun kami putuskan segera menuju area keberangkatan kereta AREX (Airport Railroad Express) saja. Ada 2 jenis kereta yang dapat digunakan untuk ke pusat kota, yaitu Express train (langsung dari Incheon ke stasiun Seoul atau All-stop train (berhenti di semua stasiun, sampai terakhir di stasiun SEOUL). Karena kita santai dan juga pastinya pilih yang lebih murah, All-stop train jadi pilihan kami. Ini mirip dengan KLIA express dari bandara KLIA ke KL Sentral, tinggal pilih mau yang langsung atau stop di beberapa stasiun.

Tiket All-Stop train ini hanya sekitar 5000 won, dan so far menurut saya paling murah dibandingkan transportasi lain seperti bus atau taksi. Kami beli tiket one-way ke Seoul Station, dan sisa saldo bisa di refund di mesin yang ada di sana. 

Sampai Seoul Station di Tengah hari, saat berjalan menaiki tangga keluar, kami cukup kaget karena terpaan angin dingin menghantam, padahal seharusnya cuaca sudah menghangat di awal musim semi ini (pertengahan April). Kami di sambut gerimis dan cuaca 6 derajat, langsung nambahin jaket ke badan dan mampir ke konbini untuk menghangatkan diri sambil membeli coklat panas dan teokbokki.

Walau badan sudah lebih hangat dengan kuah panas, tetap saja saat keluar hawa dingin sangat terasa, dan sambil kami berjalan menuju area tempat kami menginap, tangan dan muka serasa beku. Mirip kejadian Ketika sampai di Beijing beberapa tahun lalu, dimana  itulah pertama kalinya merasakan hawa musim dingin yang benar-benar SUPER DINGIN buat saya.

Oh iya, kami mendownload Naver map, karena Google map agak nggak bisa digunakan, maksudnya kalau  misal kita set tujuan di Google Map untuk jalan kaki dari satu lokasi ke lokasi lainnya, tidak bisa di pilih untuk nextnya.

Kami menginap di area taegyo-ro, sangat dekat dengan Namsangol Hanok Village. Ini adalah salah satu dari beberapa Hanok Village yang terkenal di Seoul. Yang paling banyak di kunjungi  pastinya adalah Bukchon Hanok Village. Hanok village sendiri merupakah sebuah Kawasan pemukiman yang tersebar di berbagai penjuru Korea, namun masih banyak menggunakan bentuk tradisional Korea yang kebanyakan sudah di pugar, dan memang sangat kelihatan cantik bentuknya di antara modernisasi bangunan sekitar. Ibaratnya, kalau ke Korea tapi nggak mengunjungi salah satu Hanok village ya sayang aja gitu loh.

Kami lanjutkan perjalanan dengan MRT dari Seoul Station untuk turun di stasiun Chungmuro, yang paling dekat dengan tempat kami menginap. Kondisi hujan rintik, dingin sambil harus lihat map sungguh tidak menyenangkan haha… Setelah beberapa kali salah jalan, akhirnya kami menemukan apartemen yang akan kami tempati beberapa hari kedepan. So, istirahat dulu, menghangatkan badan sambil siap-siap explore nanti malam sekitaran Seoul city!

Post a Comment

0 Comments