Sejujurnya, saya belum pernah ke kota Garut. Dan kebetulan minggu lalu saya dan istri berkesempatan berkunjung ke sana, walaupun cuma sehari semalam.
Awalnya ide ini tercetus begitu saja, memikirkan ke mana kami akan menuju disaat libur panjang, road trip kecil dengan mobil kesayangan, selain ke Bandung. At the end, Kami berangkat ke Bandung terlebih dulu, dan keesokan harinya baru berangkat ke Garut.
Sebelum berangkat, saya dan istri browsing sana-sini mencari referensi tempat yang akan dikunjungi dan di mana akan menginap, sampai kemudian saya booking hotel Regata di Bandung dan Mulih K' Desa di Garut. kedua hotel ini saya book dengan Traveloka yang kebetulan ada promo bila booking hotel menggunakan apps nya. Rajin-rajin aja cek melalui apps ya.
Hotel Regata lokasinya cukup ok, persis di sebelah FO ngetop Rumah Mode di Jalan Setiabudi, jadi anda tinggal koprol sekali aja dari hotel. Awas boncos ya, karena kebanyakan belanja dan makan di sini haha.
Nah, yang cukup menarik adalah saat kami ke Garut, menginap di Mulih Ka Desa. Sebuah tempat yang menawarkan nuansa pedesaan, makan dan menginap di tengah sawah. Lokasinya dekat dengan Kampung Sampireun yang terkenal itu.
Nuansanya benar-benar seperti di perkampungan dengan area sawah dan pancuran air dari bambu yang mengalir dan mengeluarkan suara khas. Untuk yang membawa anak-anak, ada area mainan anak seperti ayunan, seluncuran dan jungkat-jungkit, juga bisa belajar membajak sawah dengan Kerbau yang ada di sana.
Areanya terdiri dari rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu, dan kita menginap di salah satu rumah tersebut, tergantung tipe apa yang kita booking. Buka pintu samping untuk ke teras dan pemandangan hijau sawah langsung terlihat. Saat pagi hari, sarapan di antarkan ke penginapan langsung, dan kita bisa makan di teras sambil menikmati udara pagi.
Pintu masuk Mulih Ka Desa cukup unik, berbentuk gerbang bambu yang disusun menjadi atap, serta kursi-kursi yang terbuat dari bambu juga. Di area depan terdapat banyak pondokan atau gazebo untuk orang-orang yang datang cuma hendak makan atau memesan makanan di restoran Mulih Ka Desa, harganya pun sangat rasional menurut saya.
Kami tentunya tidak cuma diam di penginapan, tapi juga sedikit mengeksplor Garut. Saat malam adalah waktu yang pas mencari pemandian air hangat yang sepertinya menjadi atraksi utama saat ke Garut. Nah, bila menginap di Mulih Ka Desa, kita akan dapat voucher untuk pemandian di hotel Titagangga yang terletak di area Cipanas. Di area ini pula terdapat pemandian Sabda Alam, Sumber Alam ataupun pemandian lainnya yang rata-rata juga memiliki tempat menginap.
Setelahnya, kami mencari info di mana tempat banyak makanan atau hangout di garut Kota. Akhirnya kami sampai di Pasar Ceplak, yang saat malam tiba dipenuhi pedagang-pedangan makanan (walau kebanyakan serupa makanannya hehe). Sempat melewati Alun-alun kota Garut, kami menanyakan seorang anak muda, apakah tempat itu ramai kalau malam hari, eh dia bilang nggak juga, jadi ya kami ga lanjut ke situ.
FYI, di atas jam 9 kota Garut sudah sepi loh, banyak warung-warung sudah tutup dan jalanan juga ga ramai. So, sebaiknya cari makan malam di bawah jam segitu aja. Kami nyasar beberapa kali saat hendak balik ke penginapan, walau pakai GPS karena beberapa belokan yang disarankan GPS tidak terlihat karena gelap hahaha.
Siang hari setelah check-out, kami naik ke Darajat Pass, yang lokasinya lebih ke atas dari Mulih ka Desa. Tempat ini merupakan sebuah area perbukitan yang disulap menjadi waterboom, pemandian air panas dan outbound area untuk rekreasi keluarga. Sebenarnya ada beberapa lokasi menarik lain disekitarnya, seperti Kawah darajat misalnya. Tapi kami mesti segera kembali ke Bandung, untuk kemudian balik ke Jakarta dari sana. So far it's a fun road trip for me and wife :)
0 Comments