Cirebon itu panas. Tapi entah kenapa saya suka ke sana, sekedar bersantai wisata makanan sekeliling kota serta leyeh-leyeh di hotel. Kota ini sudah beberapa lama menjadi alternatif bagi warga Jakarta, selain ke Bandung karena jaraknya kurang lebih dapat di tempuh dalam 3 jam menyetir. Serta bisa di jangkau dengan kereta api.
Pertama kali ke Cirebon saya berkunjung ke pantai Kejawanan, yang sayangnya sedang pasang saat itu, jadi saya hanya bermain di pinggiran, lihat nelayan bersiap menangkap udang, dan naik perahu ke area tengah pantai yang terdapat tanaman bakau, murah saja biayanya saya lupa 5.000 atau 10.000 per-orang. Pantai ini cukup dekat pusat kota kok, jadi mudah di jangkau. Dan sempat juga mengunjungi vihara Dewi Welas Asih yang merupakan salah satu klenteng tertua di Indonesia.
Makanan sudah pasti jadi salah satu tujuan utama saat ke Cirebon, ada Nasi Jamblang, Nasi Lengko, Empal Gentong, Docang, Tahu gejrot dan lain-lain. Saat ke sana bulan lalu bersama rombongan teman seperjuangan, kita terbagi dua mobil yaitu rombongan saya yang berangkat dari Jakarta Selatan, dan satu mobil lagi berangkat dari Bekasi. Karena jalan agak kesiangan, macet sudah mendera saat di tol Bekasi karena pembangunan sekitar tol Becakayu masih terus berlangsung. Ujung-ujungnya, rencana ketemuan di tengah jalan gagal terlaksana dan kami langsung bertemu di hotel.
Kami menginap di hotel Prima Cirebon, lumayan ok dengan budget ga mahal. Hotel rapi dan bersih, ada kolam renang dan parkir luas. Letaknya di bersebrangan dengan hotel Santika Cirebon yang kami inapi tahun lalu. Kalau mau cek hotel ini klik saja banner agoda yang ada di samping kanan blog ini ya :)
Saya pribadi selalu ingin berkunjung ke Goa Sunyaragi Cirebon, dan akhirnya kesampaian ke sana walau cuacanya panas dan menjelang siang. Lumayan menghilangkan rasa penasaran. Tempat ini juga di sebut dengan taman air Sunyaragi, yang jaman dulu terkenal sebagai tempat peristirahatan atau meditasi para sultan Cirebon maupun keluarganya. Mengingatkan saya akan Taman Sari Yogyakarta. Tiket masukpun murah meriah, hanya Rp. 10.000 - 20.000 perorang.
Kontur bangunannya sangat unik seperti batu-batu yang saling menempel tak beraturan membentuk dinding besar. Pastikan Anda membawa kacamata hitam, topi atau payung saat ke sini ya, panasnya dijamin pol. Selain itu di salah satu area ada atraksi menarik lainnya seperti sepeda gantung dan kursi gantung, untuk Anda berfoto dengan latar kawasan gua Sunyaragi, serta flying fox yang sayangnya saat saya ke sana sedang ditutup. Area sekitar parkiran juga terdapat beberapa kios yang menjual suvenir Cirebon murah meriah, ada kerajinan rotan ataupun makanan.
Sepulang dari sana, kami mampir ke Nasi Jamblang Ibu Nur yang entah kenapa saya suka banget terutama sambelnya :D. Di situ bila weekend memang tempatnya penuh dan mengantri mengular, tapi pergerakannya cepat kok, jadi ga pake antri lama-lama kita udah sampai di antrian ambil makanan. Yang lain pilih makan empal gentong H. Apud, saya tetap setia nasi Jamblang karena saya ga makan empal gentong :P. Di sekitar restoran ini terdapat kios-kios oleh-oleh khas Cirebon, sehingga bisa sekalian beli-beli. Kalau saya biasanya ke Toko Daud yang ada di Jl. Sukakila, tempatnya lumayan lengkap untuk cemilan-cemilan serta ke area Pasar Kanoman tempat biasanya istri saya membeli ketan bumbu dan tahu gejrot khas Cirebon untuk pesanan orang (Jastip) huehehe.
0 Comments