Sepanjang perjalanan Jaipur ke New Delhi, saya ngeh bahwa
area mulai dari Jaipur cukup gersang, berpasir, mungkin karena memang area
Rajashtan merupakan area dekat gurun, dan barulah mendekati New Delhi tampak
area hijau. Makanya saya bilang, mengunjungi India saat musim dingin itu enak
banget, cuaca sejuk, bisa gaya dikit pake simple coat/sweater dan syal, plus
karena ga panas, jadi keringat ga terlalu deras, bau-bauan juga sedikit
berkurang hahaha.
Ada banyak sekali tempat yang bisa dikunjungi di New Delhi. Kebanyakan
adalah bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kekaisaran jaman kerajaan
dahulu. Karena saya hanya punya satu hari di sana, maka harus pilih-pilih apa
yang mau didatangi. Pada akhirnya kami hanya sempat berkunjung ke India Gate, Humayun’s
Thomb dan Masjid Jamek.
India Gate
Terletak di pusat kota Delhi, kami menuju ke sana saat malam
hari menggunakan Auto Rickshaw dari area hotel. Sayangnya, begitu sampai dekat
sana, ternyata area India gate sudah (sedang) di tutup, supir rickshaw kami
tidak berhasil mendekati area terdekatnya, jadi kami hanya melihat India Gate
yang menyala dengan lampu-lampunya dari kejauhan. India Gate belum berjodoh
dengan kami untuk saling tatap jarak dekat.
Mengunjungi Humayun’s
Thomb
Humayun’s thomb adalah tempat yang mesti dikunjungi saat di
New Delhi. Terletak di daerah Nizamudin timur, Nilai sejarah dan bentuk
bangunan khas peninggalan kerajaan Mughal sangat kental terasa. Bangunan ini di
arsiteki oleh seorang arsitek Persia yang di pilih oleh istri Raja Humayun.
Bila Taj Mahal di bangun karena besarnya rasa cinta sang
raja kepada permaisurinya yang meninggal dunia, maka Humayun’s Thomb adalah
kebalikannya. Bangunan ini di bangun oleh sang permaisuri saat sang suami
meninggal dunia. Tapi apa kamu tahu, bangunan ini dibangun lebih dulu (Th 1572)
di banding Taj Mahal (Th 1631), dan ternyata Shah Jahan, yang juga masih
keturunan dari raja Humayun, memerintahkan pembangunan Taj Mahal, karena
terinspirasi dari kemegahan makam raja Humayun.
Saya dan istri ke sini menggunakan Metro dari
stasiun Metro Delhi, karena stasiun ini cukup dekat dengan hotel kami di area
Paharganj. Banyak area wisata yang dapat di jangkau dengan transportasi ini. Metro
di New Delhi ada jalur pemeriksaan tas sama seperti subway di Cina. Untuk ke
Humayun’s Thomb, kami turun di stasiun Jor Bagh dan lanjut dengan Autorickshaw
alias Bajaj, jangan lupa tawar harga hehe.
Kami cukup kaget saat sampai lokasi, antriannya mengular
sangat paaanjaaaaangg, tapi teringat bahwa biasanya ada jalur khusus untuk
wisatawan asing, dan benar antriannya jauh lebih pendek dari pada antrian tadi
yang ternyata untuk warga lokal. Tapi biaya masuknya juga beda jauh, yaitu 600
Rupee untuk wisatawan asing, dan 50 Rupee saja untuk warga lokal :D.
Masjid Jama’
Selesai berkeliling Humayun Thomb yang megah, kami bergegas
keluar area dan menggunakan aplikasi Uber untuk lanjut ke Masjid terbesar dan
terkenal di India, Masjid Jama’. Kabarnya Masjid Jama’ ini dekat atau satu area
dengan Chadni Chowk Market. Karena saya pernah nonton film from Chadni Chowk to
China, saya jadi penasaran kayak apa sih Chadni Chowk itu.
Kami diturunkan oleh Uber di sisi belakang Majid Jama’ yaitu
area pintu masuk pasar Chadni Chowk. Pasar ini amat sangat ramai, dan menurut
saya cenderung sedikit kumuh. Pedagang berjubel, ditambah orang-orang yang
sangat banyak berlalu lalang atau melihat-lihat dagangan. Suasananya sangat
bising dan lumayan bikin puyeng :D.
Harga masuk Masjid Jama’ adalah 300 Rupee untuk wisatawan,
untuk warga lokal gratis. Kami ga tau apakah ini resmi atau tidak, karena kami
di minta bayar setelah foto-foto dari depan Masjid sebelum masuk. Kalo mau
masuk ke sana, ga usah foto-foto dulu karena begitu lihat kalian foto, mereka
langsung tahu kalian turis, jadi lenggang masuk aja langsung biar di sangka
lokal.
Dari gerbang depan, Masjid Jama’ yang berada di area Old
Delhi berhadapan dengan gang yang terdapat banyak tempat makan, jajanan dan
warung-warung kecil, dominan makanan Ayam goreng kalau saya lihat.
Masjid ini dibangun oleh raja Shah Jahan yang juga membangun
Taj Mahal, dan seperti rata-rata bangunan pada masa itu, bata pasir merah
mendominasi bangunan. Setelah beberapa lama kami putuskan balik ke hotel untuk
istirahat pakai Autorickshaw.
0 Comments