Jakarta.
Asap hitam mengepul keras dari bus ukuran sedang berwarna merah. Tepat ke mata Irgi. Cepat-cepat dia menurunkan kaca helmnya dan mengarahkan motornya ke sisi kanan bus untuk menyalip. Situasi memang kurang enak kalau kita berada persis di belakang bus. Mereka berjalan pelan maupun kencang asap hitam tetap saja mengepul. Sudah sekitar tiga bulan Irgi kembali berkutat di hiruk pikuk Jakarta, bermacet panjang ria dan sering berhenti di pinggir jalan untuk sekedar jajan makanan kecil.
Irgi melirik jam tangan hitam karet di pergelangan tangan kirinya. Pukul 3.40 menit sore. Jarum speedometer bergerak menuju angka 60, dia harus lebih cepat memacu motornya jika tidak ingin terlambat. Untunglah lalu lintas tidak terlalu padat, sehingga dia leluasa berkelok kiri kanan dan menambah kecepatan. Sore ini adalah launching buku sahabat dekatnya, dan dia tidak mau terlambat untuk itu. Dari kejauhan terlihat lampu lalu lintas menyisakan beberapa detik untuk menjadi merah, irgi menggerakkan tangannya lebih dalam menyapu gas motor.
"Ckiiiitttttttt!!!"
Seekor anak kucing berlari sampai tengah jalan. Rem cakram depan dan belakang berkolaborasi dengan baik menahan kejutan berhenti mendadak. Irgi mesti lebih berhati-hati, jalanan Jakarta seakan sulit diterka keadaannya. Orang menyebrang sembarangan, dan kondisi jalan yang di beberapa lokasi banyak berlubang sangat mengganggu.
Ingatannya sekilas melayang ke negeri seberang dimana dia bermukim dua tahun belakangan sebelum memutuskan kembali ke Jakarta. Populasi motor jauh lebih sedikit dibanding populasi mobil. Selama tinggal di sana dia tidak pernah mengendarai motor. Tidak punya, dan teman-temannya pun tidak ada yang menggunakan motor. Kendaraan umum meskipun kadang tetap menyisakan kekesalan karena beberapa kali menunggu lama, tetap nyaman untuk digunakan. Kolaborasi bus dalam kota yang semua ber-AC dan saling terkoneksi antara MRT, Monorail maupun kereta listrik biasa.
Mau tidak mau, suka tidak suka dia harus menghadapi jalan yang sudah dipilihnya. Kembali ke Jakarta. Saat ini perkembangan dunia digital di Indonesia, dengan poros Jakarta sebagai ibukota sangat menggeliat pesat. Pendapatan para provider selular bahkan meningkat jauh dengan semakin seringnya orang-orang berinternet dengan menggunakan handphonenya.
Ingatannya sekilas melayang ke negeri seberang dimana dia bermukim dua tahun belakangan sebelum memutuskan kembali ke Jakarta. Populasi motor jauh lebih sedikit dibanding populasi mobil. Selama tinggal di sana dia tidak pernah mengendarai motor. Tidak punya, dan teman-temannya pun tidak ada yang menggunakan motor. Kendaraan umum meskipun kadang tetap menyisakan kekesalan karena beberapa kali menunggu lama, tetap nyaman untuk digunakan. Kolaborasi bus dalam kota yang semua ber-AC dan saling terkoneksi antara MRT, Monorail maupun kereta listrik biasa.
Mau tidak mau, suka tidak suka dia harus menghadapi jalan yang sudah dipilihnya. Kembali ke Jakarta. Saat ini perkembangan dunia digital di Indonesia, dengan poros Jakarta sebagai ibukota sangat menggeliat pesat. Pendapatan para provider selular bahkan meningkat jauh dengan semakin seringnya orang-orang berinternet dengan menggunakan handphonenya.
0 Comments