“Sawasdee Krub…” Seru seorang wanita muda dengan pakaian tradisional Thailand kepada saya yang baru saja keluar dari gerbang imigrasi Chiang Mai International Airport. Senyumnya mengembang lebar sambil melingkarkan kalungan bunga dileher saya. Di sebelahnya berdiri seorang lelaki paruh baya berbadan kecil namun tegap dengan penampilan rambut cepak ala militer, senyum tidak pernah lepas dari wajahnya. Dia memperkenalkan diri sebagai Daemon, dialah yang akan menjadi tour guide selama keberadaan saya di Chiang Mai.
Terletak disebelah utara Thailand, Chiang Mai adalah kota terbesar kedua di negara ini, merupakan bekas Ibukota kerajaan kuno Lanna. Bangsa Lanna sendiri disebut sebagai bangsa asli Thailand. Salah satu peninggalan yang tersisa adalah tembok tua Lanna di pusat kota Chiang Mai yang belakangan semakin naik daun sebagai salah satu kota tujuan wisata favorit di Thailand. Suasananya terasa sangat tenang dan nyaman, apalagi jika kita berkunjung ke sana di antara bulan Nov-Februari, maka suasana musim dingin yang sejuk akan lebih terasa.
Banyak hal yang bisa kita lakukan di Chiang Mai. Untuk yang baru pertama kali pergi ke sana, saya sarankan untuk banyak mencari referensi tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi, kendaraan menuju lokasi, serta pengaturan waktu berkunjungnya, atau bisa juga dengan mengikuti paket tur lokal yang banyak menawarkan paket wisata lengkap, maupun terbatas hanya beberapa tempat sesuai pilihan kita, dan tidak perlu memikirkan transportasi, karena sudah pasti akan disediakan pihak pengelola tur.
Wat Phrathat Doi Suthep bisa dibilang merupakan tempat yang wajib dikunjungi. Kuil Budha yang terletak di area perbukitan ini berada dibagian barat sekitar 15km dari kota Chiang Mai. Dari salah satu area kuil ini kita bisa melihat pemandangan kota Chiang Mai secara keseluruhan. Sayangnya, saat saya ke sana, cuaca sedang kurang bersahabat, hujan turun rintik dan tentu saja menghalangi pandangan saya untuk melihat kota dari ketinggian.
Dari tempat turun kendaraan, untuk naik menuju kuil, ada dua pilihan jalan yang bisa kita tempuh. Pertama adalah dengan menaiki Dragon stairways, yang memiliki sekitar 309 anak tangga dan terdapat pahatan berbentuk naga di tiap sisinya, memanjang dari awal hingga puncak tangga. Pilihan lainnya adalah dengan menaiki lift yang bergerak miring mengikuti kontur tanah di area kuil. Untuk naik lift ini anda diharuskan membayar sekitar 30 Baht untuk dua arah.
Chiang Mai identik dengan wisata alam, budaya serta hasil kerajinannya. Jika menggunakan jasa tur, biasanya kita akan diajak berkunjung ke berbagai tempat kerajinan yang menghasilkan tekstil, perhiasan ataupun beragam aksesoris dan menyaksikan secara langsung proses pembuatannya.
Karena kondisi alamnya yang merupakan dataran tinggi, beragam kegiatan outbond dapat dilakukan dan banyak ditawarkan disini, mulai dari rafting hingga trekking. Salah satu yang cukup menarik adalah trekking dengan menaiki gajah, ditemani oleh para trainer yang professional tentunya. Ada trekking dengan jalur panjang dan ada juga yang pendek, saya hanya sempat mencoba trekking jarak pendek.
Saya di ajak menuju Maesa Elephant Camp salah satu area wisata atraksi gajah. selain trekking dengan menaiki mereka, kita dapat menyaksikan beragam atraksi yang dilakukan oleh gajah-gajah terlatih di sana.
Dengan duduk manis di area yang sudah disediakan menjadi semacam arena pertunjukan, gajah-gajah pun mulai beraksi, dimulai dengan berjalan berkeliling sambil membawa tulisan berisi ucapan selamat datang, beberapa gajah memamerkan skill individu mereka layaknya rocker dengan mengibaskan kepala serta belalai mereka berputar-putar sambil satu kaki diangkat ke atas dan posisi seperti sedang duduk.
Setelah sebelumnya menyilangkan kaki depan kiri di atas kaki depan kanan sambil menundukkan badan sebagai pertanda salam, pertunjukan dilanjutkan dengan tarian para gajah mengiringi musik yang dimainkan, sungguh lucu melihat kaki mereka yang bergerak terlatih kesana-kemari untuk menari. Gajah-gajah ini juga bermain sepakbola, dan tendangannya cukup kencang, lalu adegan melangkahi trainer yang dalam posisi tengkurap di tanah, maupun menyaksikan para gajah pamer kebolehan mereka melukis, dimana lukisan-lukisan ini nantinya akan langsung dijual ditempat dengan harga berkisar antara 300 – 6.000 Baht, lukisan yang paling bagus adalah yang paling mahal, dan biasanya selalu habis terjual oleh pengunjung.
Setelah sedikit berkeliling dan membeli Souvenir Maesa Elephant Camp atau souvenir Chiang Mai yang harganya bervariasi namun rata-rata cukup murah di salah satu area camp, kami bergegas kembali ke hotel karena hari sudah sangat sore.
Pada malam hari pertama kami tiba di kota ini, Daemon mengajak kami ke Kantoke Dinner, sebuah tempat di mana kita bisa menyaksikan pertunjukan seni tradisional Chiang Mai sambil menikmati makan malam dengan makanan lokal khas Thailand utara.
Kehidupan malam hari di Chiang Mai juga cukup berdetak kencang, banyak restoran, bar atau pusat hiburan malam bertebaran, dan Chang Klan road adalah salah satu jalan yang penuh dengan wisatawan di malam hari. Atau jika anda merasa lelah, tinggal mampir ke salah satu tempat pijat tradisional Thailand yang khas. Spot menarik lainnya adalah Chiang Mai Night Market atau Sunday market dekat tembok tua kerajaan Lanna yang meliputi sepanjang Ratchadamonoen Road.
Di sini kita dapat menemukan mulai dari makanan lokal yang variatif, aksesoris, barang antik, souvenir khas Chiang Mai ataupun barang-barang lainnya yang lucu dan unik. Untungnya hotel tempat saya menginap terletak tidak jauh dari night market ini, jadi saya cukup berjalan kaki ke sana. Bagi yang malas berjalan kaki, Tuk-tuk juga tersedia untuk angkutan jarak dekat.
Tempat yang tidak sempat saya kunjungi adalah Chiang Rai yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Chiang Mai. Di sana terdapat area yang terkenal dengan Golden Triangle, area pertemuan tiga negara, yaitu Thailand, Laos dan Myanmar. Hall of Opium, sebuah museum multimedia tentang sejarah opium, dan pemukiman suku bukit di Thailand yang terkenal dengan beragam pernak-pernik yang dipakai ditubuh mereka. Serta Doi Ithanon sebagai area pegunungan tertinggi di Thailand dengan pemandangan alamnya yang indah.
Thailand merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan wisata favorit bagi para pelancong dunia. Kota Bangkok dan Phuket adalah destinasi primadona bagi wisatawan asal Indonesia, apalagi dengan seringnya promo tiket murah yang ditawarkan maskapai penerbangan. Tapi jika anda menginginkan sesuatu yang sedikit berbeda dari wisata kota atau pantai, Chiang Mai bisa menjadi pilihan.
Terletak disebelah utara Thailand, Chiang Mai adalah kota terbesar kedua di negara ini, merupakan bekas Ibukota kerajaan kuno Lanna. Bangsa Lanna sendiri disebut sebagai bangsa asli Thailand. Salah satu peninggalan yang tersisa adalah tembok tua Lanna di pusat kota Chiang Mai yang belakangan semakin naik daun sebagai salah satu kota tujuan wisata favorit di Thailand. Suasananya terasa sangat tenang dan nyaman, apalagi jika kita berkunjung ke sana di antara bulan Nov-Februari, maka suasana musim dingin yang sejuk akan lebih terasa.
Banyak hal yang bisa kita lakukan di Chiang Mai. Untuk yang baru pertama kali pergi ke sana, saya sarankan untuk banyak mencari referensi tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi, kendaraan menuju lokasi, serta pengaturan waktu berkunjungnya, atau bisa juga dengan mengikuti paket tur lokal yang banyak menawarkan paket wisata lengkap, maupun terbatas hanya beberapa tempat sesuai pilihan kita, dan tidak perlu memikirkan transportasi, karena sudah pasti akan disediakan pihak pengelola tur.
Wat Phrathat Doi Suthep bisa dibilang merupakan tempat yang wajib dikunjungi. Kuil Budha yang terletak di area perbukitan ini berada dibagian barat sekitar 15km dari kota Chiang Mai. Dari salah satu area kuil ini kita bisa melihat pemandangan kota Chiang Mai secara keseluruhan. Sayangnya, saat saya ke sana, cuaca sedang kurang bersahabat, hujan turun rintik dan tentu saja menghalangi pandangan saya untuk melihat kota dari ketinggian.
Dari tempat turun kendaraan, untuk naik menuju kuil, ada dua pilihan jalan yang bisa kita tempuh. Pertama adalah dengan menaiki Dragon stairways, yang memiliki sekitar 309 anak tangga dan terdapat pahatan berbentuk naga di tiap sisinya, memanjang dari awal hingga puncak tangga. Pilihan lainnya adalah dengan menaiki lift yang bergerak miring mengikuti kontur tanah di area kuil. Untuk naik lift ini anda diharuskan membayar sekitar 30 Baht untuk dua arah.
Chiang Mai identik dengan wisata alam, budaya serta hasil kerajinannya. Jika menggunakan jasa tur, biasanya kita akan diajak berkunjung ke berbagai tempat kerajinan yang menghasilkan tekstil, perhiasan ataupun beragam aksesoris dan menyaksikan secara langsung proses pembuatannya.
Karena kondisi alamnya yang merupakan dataran tinggi, beragam kegiatan outbond dapat dilakukan dan banyak ditawarkan disini, mulai dari rafting hingga trekking. Salah satu yang cukup menarik adalah trekking dengan menaiki gajah, ditemani oleh para trainer yang professional tentunya. Ada trekking dengan jalur panjang dan ada juga yang pendek, saya hanya sempat mencoba trekking jarak pendek.
Saya di ajak menuju Maesa Elephant Camp salah satu area wisata atraksi gajah. selain trekking dengan menaiki mereka, kita dapat menyaksikan beragam atraksi yang dilakukan oleh gajah-gajah terlatih di sana.
Dengan duduk manis di area yang sudah disediakan menjadi semacam arena pertunjukan, gajah-gajah pun mulai beraksi, dimulai dengan berjalan berkeliling sambil membawa tulisan berisi ucapan selamat datang, beberapa gajah memamerkan skill individu mereka layaknya rocker dengan mengibaskan kepala serta belalai mereka berputar-putar sambil satu kaki diangkat ke atas dan posisi seperti sedang duduk.
Setelah sebelumnya menyilangkan kaki depan kiri di atas kaki depan kanan sambil menundukkan badan sebagai pertanda salam, pertunjukan dilanjutkan dengan tarian para gajah mengiringi musik yang dimainkan, sungguh lucu melihat kaki mereka yang bergerak terlatih kesana-kemari untuk menari. Gajah-gajah ini juga bermain sepakbola, dan tendangannya cukup kencang, lalu adegan melangkahi trainer yang dalam posisi tengkurap di tanah, maupun menyaksikan para gajah pamer kebolehan mereka melukis, dimana lukisan-lukisan ini nantinya akan langsung dijual ditempat dengan harga berkisar antara 300 – 6.000 Baht, lukisan yang paling bagus adalah yang paling mahal, dan biasanya selalu habis terjual oleh pengunjung.
Setelah sedikit berkeliling dan membeli Souvenir Maesa Elephant Camp atau souvenir Chiang Mai yang harganya bervariasi namun rata-rata cukup murah di salah satu area camp, kami bergegas kembali ke hotel karena hari sudah sangat sore.
Pada malam hari pertama kami tiba di kota ini, Daemon mengajak kami ke Kantoke Dinner, sebuah tempat di mana kita bisa menyaksikan pertunjukan seni tradisional Chiang Mai sambil menikmati makan malam dengan makanan lokal khas Thailand utara.
Kehidupan malam hari di Chiang Mai juga cukup berdetak kencang, banyak restoran, bar atau pusat hiburan malam bertebaran, dan Chang Klan road adalah salah satu jalan yang penuh dengan wisatawan di malam hari. Atau jika anda merasa lelah, tinggal mampir ke salah satu tempat pijat tradisional Thailand yang khas. Spot menarik lainnya adalah Chiang Mai Night Market atau Sunday market dekat tembok tua kerajaan Lanna yang meliputi sepanjang Ratchadamonoen Road.
Di sini kita dapat menemukan mulai dari makanan lokal yang variatif, aksesoris, barang antik, souvenir khas Chiang Mai ataupun barang-barang lainnya yang lucu dan unik. Untungnya hotel tempat saya menginap terletak tidak jauh dari night market ini, jadi saya cukup berjalan kaki ke sana. Bagi yang malas berjalan kaki, Tuk-tuk juga tersedia untuk angkutan jarak dekat.
Tempat yang tidak sempat saya kunjungi adalah Chiang Rai yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Chiang Mai. Di sana terdapat area yang terkenal dengan Golden Triangle, area pertemuan tiga negara, yaitu Thailand, Laos dan Myanmar. Hall of Opium, sebuah museum multimedia tentang sejarah opium, dan pemukiman suku bukit di Thailand yang terkenal dengan beragam pernak-pernik yang dipakai ditubuh mereka. Serta Doi Ithanon sebagai area pegunungan tertinggi di Thailand dengan pemandangan alamnya yang indah.
Thailand merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan wisata favorit bagi para pelancong dunia. Kota Bangkok dan Phuket adalah destinasi primadona bagi wisatawan asal Indonesia, apalagi dengan seringnya promo tiket murah yang ditawarkan maskapai penerbangan. Tapi jika anda menginginkan sesuatu yang sedikit berbeda dari wisata kota atau pantai, Chiang Mai bisa menjadi pilihan.
3 Comments
akhirnya ada postingan terbaru dari mas denih yah ;D
ReplyDeletesesuatu banget yahhh.. :D
ReplyDeletetertarik untuk diterbitkan ga mas? bareng trubus gitu ;P .. abis ini posting malaysia-singapoh bersama pacar seksi nan moleh ya ;P
ReplyDelete