Solo Travel to Penang - Section 1

Rasa penasaranlah yang membuat saya memutuskan untuk mengunjungi Pulau Pinang atau yang lebih di kenal dengan Penang di utara Malaysia. Tempat ini cukup terkenal karena merupakan salah satu daerah konservasi UNESCO disebabkan begitu banyak bangunan tua bersejarah di sini. Selain itu di kalangan orang Indonesia, Penang juga terkenal sebagai tempat berobat yang cukup terjangkau dengan fasilitas serba lengkap dan pelayanan yang memuaskan.



Meskipun Jakarta-Penang dapat dituju langsung dengan beberapa maskapai penerbangan, tapi berhubung tiket murahnya sudah sold out saat saya cek di beragam maskapai tersebut, saya mencoba alternatif dengan tiket pesawat Jakarta – Kuala Lumpur (KL) dan dilanjutkan KL-Penang dengan menggunakan kereta api (KTMB) dari stasiun KL Sentral. Total biaya untuk ongkos jalan masih lebih murah dibandingkan tiket PP Jkt-Penang saat itu.

Sampai di KLIA pada siang hari, saya bergegas naik Bus menuju KL Sentral untuk kemudian membeli tiket Kereta api KL-Penang-KL keberangkatan malam itu juga agar sampai di Penang tepat pagi hari. Saya berencana menghabiskan waktu 3 hari di Penang. Berdasarkan pengalaman sebelumnya saat ke Singapura menggunakan kereta api dari KL, perjalanan kali ini akan memakan waktu kurang lebih sama (sekitar 5-6 jam).

Sejak awal saya sudah memutuskan untuk membeli tiket gerbong dengan tempat tidur atau sleepers train, saya merasa lebih nyaman karena selama perjalanan saya bisa tidur, paling tidak memanjangkan kaki sampai tujuan, toh kereta berangkat malam hari, sehingga pemandangan luar lebih banyak berupa kegelapan dan kerlip lampu. Lagipula rasa nyamannya tentu berbeda kalau tiket yang saya beli adalah tiket duduk. Saat di KL Sentral, tidak lupa saya membeli bekal untuk di kereta berupa sebotol minuman dan makanan takeaway yang terdapat di beberapa minimarket.


Saat sampai di Butterworth, sisi Penang yang berada di daratan Malaysia pada pagi hari, suasana masih gelap. Untuk mencapai George Town yang berada di seberang pulau saya memilih menyeberang memakai kapal laut melalui terminal Jetty yang letaknya bersebelahan dengan Stasiun Butterworth. Armada bus juga tersedia untuk menyeberang melalui Penang Bridge. Tapi saya ingin merasakan sensasi melihat George Town dari atas kapal penyebrangan.

Saya sudah mempersiapkan daftar tempat untuk dikunjungi sejak pagi sampai siang, karena rata-rata hostel baru bisa check-in setelah jam 12 siang. Turun dari kapal laut, kita tinggal mengikuti arah menuju terminal bus di sebelahnya.Tujuan pertama saya adalah Kek Lok Si Temple yang terletak di daerah perbukitan bernama Air Itam. Kuil Budha ini termasuk yang mesti Anda kunjungi saat ada di Penang.



Karena menggunakan transportasi umum, saya masuk melalui jalur belakang berupa lorong naik yang di kiri kanannya terdapat toko-toko. Di ujung pendakian kita akan menemui sebuah kolam berisi banyak sekali kura-kura yang bertumpukan dan berenang kesana-kemari, meskipun lebih banyak yang diam membatu.


Kuil ini dikelilingi perbukitan dan mempunyai struktur bangunan yang sangat indah untuk dinikmati. Kuil ini cukup luas untuk kita explore setiap bagiannya, saya sendiri terus melangkah mengikuti tangga-tangga naik sampai ke bagian atas yang terdapat toko souvenir, pagoda lainnya dan lift untuk naik ke tingkat paling atas di mana terdapat patung raksasa Dewi Kwan Im, sayangnya saya tidak sempat melihatnya karena saat itu lift untuk naik sedang rusak.


Dari ketinggian saya dapat melihat Georgetown dikejauhan. Saat matahari semakin naik, udara semakin membuat saya berkeringat, di tambah lagi saya masih menggendong backpack berkeliling naik turun tangga. Sepertinya akan cukup nyaman bila kita memakai bahan baju yang menyerap keringat. Semakin siang, kuil semakin ramai baik oleh peziarah maupun wisatawan dari berbagai negara, saya dapat melihat para peminta-minta mulai mengambil tempat di beberapa sudut kuil mengharapkan belas kasihan pengunjung untuk berbagi rezeki.




Menjelang siang, saya bergegas turun dari Kuil untuk menuju daerah Lebuh Chulia menggunakan bus, dimana berdasarkan penyelidikan saya browsing sana-sini, area ini termasuk hot spot untuk tempat backpacker menginap. Di Penang dan Malaka, terkadang penanda tempat naik/turun bus tidak terlihat, sehingga kita harus bertanya kepada orang yang yang kita temui.


Satu hal yang langsung saya sadari adalah banyak sekali orang-orang tua, terutama nenek-nenek di Penang. Kebanyakan mereka yang berpapasan dengan saya masih cukup kuat berjalan, entah mereka menuju kemana. Malah ada serombongan nenek yang naik bus bareng saya sudah kenal baik dengan pengemudinya.

Setelah turun bus, saya menelusuri Love Lane, salah satu jalan di area Lebuh Chulia dan menemukan Red Inn Guesthouse. Saya tidak booking sebelumnya karena saya pikir toh pasti akan mendapatkan kamar di manapun saya pilih untuk menginap. Dengan harga sekitar 60 RM/malam saya mendapatkan satu-satunya kamar kosong tipe dormitory 2 bed dengan kamar mandi luar yang ada disana. Sebenarnya Harga normal bila sharing untuk 2 orang adalah sekitar 34 RM tapi saya memutuskan mengambil satu kamar untuk saya kuasai sendiri. Sekedar info, harga biasanya lebih murah bila kita booking online, karena saya langsung datang harga kadang menjadi sedikit berbeda.

Post a Comment

0 Comments