What Kind of Lie Would You Do?

Beberapa waktu yang lalu teman saya cerita tentang seorang temannya yang saat ini bekerja di salah satu advertising internasional di Kuala Lumpur, sebut saja dia si A. Si A ini adalah seorang yang senang bercerita, teman saya sama sekali tidak keberatan untuk mendengarkan, karena menurutnya itu juga bisa menjadi sumber motivasi untuknya. Si A menceritakan tentang beragam hal, pencapaian karir maupun kehidupan. Sampai suatu saat, dia memergoki kebohongan dalam cerita si A.

Si A pernah menunjukkan sebuah animasi yang sangat menarik kepada teman saya, yang katanya adalah hasil proyek dia dan teamnya. Teman saya ini iseng-iseng melakukan kroscek sana-sini, melihat animasi itu di youtube hingga akhirnya berhasil menghubungi empunya animasi, yang ternyata orang Perancis, menghubunginya dan mendapatkan jawaban bahwa dia tidak mengenal apalagi pernah melakukan proyek bersama si A . Yup, si A berbohong.

Cerita lainnya, sekitar setahun lalu si A mengatakan bahwa dia baru saja membeli iPhone. Teman saya yang memang berencana membeli produk yang sama merasa senang, karena berarti dia setidaknya bisa mengetes langsung barang tersebut melalui si A, tapi si A kemudian mengatakan bahwa dia memberikan iphone tersebut untuk pacarnya. Selang beberapa lama setelah pembicaraan itu, teman saya kebetulan berpapasan dengan pacar si A, maka digodalah olehnya, “Hei, katanya baru ganti iPhone ya, lihat doong...”, pacar si A memasang tampang bingung, “ha? iPhone apaan, handphone gue masih yang lama kok..”. Teman saya yang sudah sadar situasi akhirnya Cuma ber “oo..” ria. Sejak itu teman saya menjadi malas dengan si A.

Saya sendiri punya cerita yang kurang lebih sama. Sekitar semester awal kuliah, saat hendak makan siang, saya berkenalan dengan seorang anak satu angkatan di kampus, sebut saja si B, di warung soto belakang kampus. Setelah berkenalan nama, seperti layaknya basa-basi lainnya saya menanyakan asal sekolah SMA si B. Jawabannya membuat saya bersemangat, dia menyebut nama SMA tempat saya bersekolah.

“waah.. sama dong, gue juga lulusan sana” kata saya bersemangat. Si B tertawa.
“Angkatan berapa?” Saya meneruskan pertanyaan pertama.
“angkatan 99” jawabnya.
“he?” saya mengerenyitkan kening. “Eh, gue juga angkatan 99, kok gue ga pernah liat lo ya?” Pertanyaan polos. Si B kembali tertawa saja.
“gue baru masuk kelas 2, pindahan..” dia coba menjelaskan.
“Ow...lo kelas 3 IPA or IPS?” kembali sebuah pertanyaan meluncur dari saya.
“Gue IPS den, IPS 3..” Dia menjawab santai.
“WTF. ..” Saya berujar dalam hati. Itu adalah kelas saya dulu, waw.. looks like this guy is bullshitting me. Saya sudah bisa mambaca situasi, orang didepan saya ini adalah Mister Liar. Tukang boong nomer wahid. Pura-pura ber “oo..” saya bertanya lagi.
“Kelas 2 nya 2 berapa?”
“2-7”

Hahaha… saya tertawa dalam hati, itu juga adalah kelas saya waktu kelas dua. What a coincidence heh?. Jangan-jangan kalau dia bilang sekolah di sana sejak kelas satu jawabannya sama juga dengan kelas saya. Ampun dah. Saya mencoba bersikap santai, lucu aja melihat orang kayak gini, bohong tapi ketahuan. saya ingin tahu lebih lanjut. Berikutnya saya menanyakan soal ekstrakurikuler yang dia ikuti dulu, dan saat dia menyebut bahwa dia anggota tim baseball, saya menanyakan satu nama yang lalu dijawab olehnya bahwa dia tidak kenal. Hal yang sangat tidak mungkin, karena nama yang saya sebut adalah ketua dari tim baseball yang merupakan sahabat dekat saya, anggota klub yang terdiri dari kelas satu sampai kelas tiga sudah pasti tahu.

Entah apa tujuan dari kebohongan yang si B lakukan. Biar orang segan? Ga pede sama diri sendiri? Jiaahhh.. et dah, bukan maen… yang jelas sejak itu belangnya sudah ketahuan, dan sudah pasti namanya ngetop di kalangan teman-teman saya sebagai si Tukang Kibul. So, inget ya kawan-kawan, kalo ngibul jangan gede-gede, berabe ntar…

Post a Comment

1 Comments

  1. siapin landasan, aku ga jadi bawa roda empatnya kerumah kamu. jadinya bawa heli "jamban" kopter yang hahahahaahaha. Adeuh temen kamu, segitu pengennya masuk sma 3. Hits banget lah pokonya mah hihihi. Salam jari tengah deh ya.

    ReplyDelete